LAPORAN
PRAKTIKUM GENETIKA DASAR
HUKUM
PEMISAHAN GEN SEALEL
(HUKUM
MENDEL 1)
Disusun
Oleh:
Nama : Gunawan
Nim : 1405101050043
Kelompok : 3
Kelas : Agroteknologi 01
LABORATORIUM
GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan kekuatan
dan keteguhan hati kepada kami untuk menyelesaikan laporan ini. Sholawat
beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahan kepada nabi Muhammad saw.
yang menjadi tauladan para umat manusia yang merindukan keindahan syurga.
Kami menulis
laporan ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui ilmu tentang Pemisahan Gen Sealel (Hukum Mendel 1). Dalam
penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat kesungguhan dalam
menyelesaikan laporan ini, akhirnya laporan ini dapat diselesaikan dengan baik.
Besar harapan, mudah-mudahan laporan yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat
dan maslahat bagi penulis dan semua orang.
Wasalamu'alaikum Wr.Wb
Darussalam,
01 April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………..
DAFTAR
ISI………………………………………………………………….
ABSTRAK…………………………………………………………………….
BAB
I : PENDAHULUAN………………………………………………….
1.1
Latar
belakang........................................................................................
1.2
Tujuan………………………………………………………………….
BAB
II: TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………...
BAB
III :METODE PRAKTIKUM………………………………………...
3.1 Tempat dan
waktu……………………………………………………...
3.2 Bahan dan alat………………………………………………………….
3.3 Metode pelaksanaan praktikum………………………………………...
BAB
IV : HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………..
4.1 Hasil
Pengamatan……………………………………………………....
4.2
Pembahasan.............................................................................................
BAB
V : KESIMPULAN……………………………………………………
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………….
LAMPIRAN…………………………………………………………………
ABSTRAK
Mendel melakukan sebuah
eksperimen dengan mengunakan kacang ercis Hasil dari persilangan tersebut
kemudian disilangkan dengan sesamanya kemudian didapatkan keturunan kedua. Pada keturunan pertama tidak muncul ercis keriput,
sedangkan pada keturunan kedua ercis keriput muncul,jadi terdapat sifat yang
dominan dan sifat resesif sifat yang dominan ialah sifat yang tampak sedangkan
sifat diantara dominan dan resefif(diantara) dinamakan intermediet,dikenal juga
ada hukum 1 mendel dan hukum 2 mendel dalam melaukan percobaan ini yang inigin
dilihat ialah gambaran tentang kemungkina gen yang dibawa oleh gamet akan
bertemu secara acak serta meelakukan pengujian lewat tes ,pada percobaan ini
mengunakan kancing genetika yang dianggap sebagai gamet dan mengunakan
perlakukan yang berbda-beda yaitu monohibrid dominan dan intermediet serta
dihibrid dominan dan intermediet hasil yang didapatkan bahwa rata-rata dari
data kelas dan data pribadi sesuai dengan hukum mendel yang ditandai dengan
apabila nilai hitung lebih kecil
daripada nilai tabel pada df maka sesuai dengan hukum mendel dan
sebaliknya,pada persilangan data kelas monohibrid intermediet tidak sesuai
dengan hukum mendel,ketidaksesuaian ini dapat disebabkan karena dalam
pengocokan sebelum mengambil kancing tidak merata.
Kata kunci:hukum mendel,monohibrid dominan dan
intermediet,dihibrid dominan dan intermediet,
hasil, tabel.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hukum
mandel 1 adalah perkawinan dua tetua yang mempunyai satu sifat beda. Hukum ini
terdiri dari dua bagian: 1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga
dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan 2. Hukum berpasangan secara bebas
(independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling
berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di
dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas itu dikenal sebagai
segregasi gen.
Dengan demikian setiap sel gamet
hanya mengandung satu gen dari alelnya. Pada waktu fertilisasi, sperma yang
jumlahnya banyak bersatu secara acak dengan ovum untuk membentuk individu baru.
Mendel melakukan percobaan selama 12 tahun. Dia menyilangkan (mengawin silang)
sejenis buncis dengan memerhatikan satu sifat beda yang menyolok. Misalnya,
buncis berbiji bulat disilangkan dengan buncis berbiji keriput, buncis dengan
biji warna kuning disilangkan dengan biji warna hijau, buncis berbunga merah
dengan bunga putih, dan seterusnya. Untuk memudahkan mempelajarinya, tiap-tiap
persilangan diberi simbol.
Pada saat menyilangkan, tanaman induk diberi
notasi P (singkatan dari parental=induk). Keturunan 1 (keturunan pertama) yang
dihasilkan disebut F1 (singkatan dari filial = keturunan). Untuk mendapatkan
keturunan 2 (F2) dilakukan persilangan antar sesama F1. caranya, Mendel menanam
tumbuhan F1 yang disilangkan dengan tumbuhan F1 yang lain. Persilangan antara (F1 X F1) pada proses
fertilisasi gamet-gamet yang mengandung gen itu akan melebur secara acak dan
terdapat 4 macam peleburan atau perkawinan perbandingan genotipe yaitu 1:2:1,
dan perbandingan fenotipe 3:1.
1.2 Tujuan Pratikum
Adapun tujuan praktikum kali ini,
yaitu:
1. Mencari angka-angka perbandingan sesuai dengan
Hukum Mendel.
2. Menemukan nisbah teoritis sama atau mendekati
nisbah pengamatan.
3. Memahami pengertian dominan, resesif, genotif,
fenotif.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hukum
Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis berlangsung,
pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi.
Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan
gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari
persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004)
Hukum Mandel I berlaku pada
gametogenesis F1. F1 itu memiliki genotif heterozigot. Baik pada bunga betina
maupun benang sari, terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan
sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam perkawinan. (Yatim, 1996).
Pada galur murni akan menampilkan
sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif (aa) dari suatu karakter
tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi
menampakkan sifat dominan (apabila dominant lengkap). Sedangkan individu
heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alele dominant
A dan setengahnya mempunyai alele resesif a. Dengan rekomendasi antara
gamet-gamet secara rambang populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominant dan
resesif dengan nisbah yang diramalkan. Nisbah fenotif yaitu 3 dominan (AA atau
Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah geneotif yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrida
(Aa) : 1 resesif lengkap (aa). ( Crowder, 1997)
Sifat yang muncul pada F1 disebut
sebagai sifat dominant (menang), sedangkan yang tidak muncul disebut sifat yang
resesif (kalah). Oleh Mendel, huruf yang dominant homozigot diberi symbol
dengan huruf pertama dari sifat dominan, dengan menggunakan huruf kapital yang
ditulis dua kali. Sifat resesif diberi symbol dengan huruf kecil dari sifat
dominant itu tadi. Symbol ditulis dua kali atau sepasang karena kromosom selalu
berpasang. Setiap gen pada kromosom yang satu memiliki pasangan pada kromosom
homolognya. (Syamsuri, 2004)
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat
dan Waktu
Adapun tempat praktikum
yaitu di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala pada hari kamis tanggal 26 Maret 2015 pukul 10:00 WIB.
3.2 Bahan dan Alat Praktikum
Bahan dan
alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
·
Model gen
(kancing genetik) 2 warna
·
Dua buah
stoples
3.3 Metode Pelaksanaan Praktikum
Adapun cara
kerja dalam praktikum ini yaitu:
Diambil model gen
merah dan putih, masing 30 pasang atau 60 biji (30 jantan dan 30 betina). Kemudian
disihkan 1 pasang model gen merah dan gen putih
dalam keadaan berpasangan. Ini dimisalkan individu merah dan individu putih. Kemidian
dibukalah pasangan gen di atas (langkah 2), ini
misalkan pemisahan gen pada pembentukan gamet, baik oleh individu merah atau
individu putih. Selanjutnya digabungkan model gen jantan merah dan model gen betina putih dan sebaliknya.
Ini menggambarkan hasil persilangan atau F1, keturunan individu merah dan
individu putih. Kemudian dipisahkan
kembali model gen merah dan model gen putih. Hal ini menggambarkan pemisahan
gen pada pembentukan gamet F1.
Selanjutnya
semua model gen jantan baik merah maupun putih dimasukkan ke dalam stoples jantan dan model gen betina baik merah maupun
putih masukkan ke dalam stoples betina. Kemudian dengan tanpa melihat dan sambil mengaduk/mencampur gen-gen tersebut diambillah secara acak sebuah gen dari masing-masing stoples, kemudian dipasangkan. Lakukan secara terus-menerus
pengambilan model gen sampai habis dan catat setiap pasangan gen yang terambil
kedalam tabel pencatatan. Bisa juga dengan mengembalikan model gen yang terambil (langkah 8) kedalam
stoples masing-masing untuk selanjutnya mendapat kesempatan terambil lagi.
Lakukan percobaan serupa untuk pengambilan 20 x, 40 x, dan 60 x.
IV. HASIL
PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1.
Pencatatan untuk pengambilan 20 x
No
|
Pasangan
|
Tabulasi
Ijiran
|
Jumlah
|
1
|
Merah-merah
|
IIIII I
|
6
|
2
|
Merah-putih
|
IIIII IIII
|
9
|
3
|
Putih-putih
|
IIIII
|
5
|
Tabel 2.
Pencatatan untuk pengambilan 40 x
No
|
Pasangan
|
Tabulasi
Ijiran
|
Jumlah
|
1
|
Merah-merah
|
IIIII IIIII II
|
12
|
2
|
Merah-putih
|
IIIII IIIII IIIII IIIII
|
20
|
3
|
Putih-putih
|
IIIII III
|
8
|
Tabel 3.
Pencatatan untuk pengambilan 60 x
No
|
Pasangan
|
Tabulasi
Ijiran
|
Jumlah
|
1
|
Merah-merah
|
IIIII IIIII IIIII
|
15
|
2
|
Merah-putih
|
IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII
|
30
|
3
|
Putih-putih
|
IIIII IIIII IIIII
|
15
|
Table 4. Perbandingan/nisbah fenotipe
pengamatan/observasi (O) dan nisbah Harapan/teoritis/expected (E) untuk
pengambilan 20x
No
|
Fenotipe
|
Pengamatan
|
Harapan
|
Deviasi
|
(Observasi = O)
|
(Expected)
|
(O-E)
|
||
1
|
Merah
|
15
|
= 15
|
0
|
2
|
Putih
|
5
|
= 5
|
0
|
3
|
Total
|
20
|
20
|
0
|
Table 5. Perbandingan/nisbah fenotipe
pengamatan/observasi (O) dan nisbah Harapan/teoritis/expected (E) untuk
pengambilan 40x
No
|
Fenotipe
|
Pengamatan
|
Harapan
|
Deviasi
|
(Observasi = O)
|
(Expected)
|
(O-E)
|
||
1
|
Merah
|
32
|
= 30
|
2
|
2
|
Putih
|
8
|
= 10
|
-2
|
3
|
Total
|
40
|
40
|
0
|
Table 6. Perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah Harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 60x
No
|
Fenotipe
|
Pengamatan
|
Harapan
|
Deviasi
|
(Observasi = O)
|
(Expected)
|
(O-E)
|
||
1
|
Merah
|
45
|
= 45
|
0
|
2
|
Putih
|
15
|
= 15
|
0
|
3
|
Total
|
60
|
60
|
0
|
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah
dilakukan dengan menggunakan kancing genetic dengan dua perbedaan pada warna
yaitu kancing gen yang berwarna merah
dan kancing gen berwarna biru. Setelah dilakukan pemilihan secara acak
dari dalam stoples, mulai dari pengambilan 20x, 40x, dan 60x dengan perbandingan 1 : 2 : 1.
Pengambilan pertama dilakukan 20x secara acak, didapatkan
jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan merah-merah berjumlah 6 pasang, pasangan merah-biru
berjumlah 9 pasang dan terakhir pasangan
biru-biru dengan jumlah 5 pasang.
Selanjutnya pengambilan kedua
dilakukan pengambilan hingga 40 x secara
acak, didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan merah-merah dengan
jumlah 12 pasang,pasangan merah-biru berjumlah 20 pasang dan yang terakhir
pasangan biru-biru dengan jumlah 8 pasang.
Dan yang terakhir pengambilan kancing genetik secara acak
dengan 60 x pengambilan, didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan
merah-merah dengan jumlah 15 pasang, pasangan
merah-biru dengan jumlah 30
pasang dan yang terakhir pasangan
biru-biru dengan jumlah 15 pasang kancing genetik.
Setelah hasil tabulasi ijiran telah
didapatkan jumlahnya dari setiap pasang kancing genetic yang dilakukan mulai
dari 20x, 40x, dan 60x, maka setiap
fenotipe yaitu merah dan putih kita lakukan perbandingan/nisbah fenotipe
pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk mendapatkan deviasi (O-E), artinya
pengamatan-harapan.
Untuk pengambilan 20x, didapatkan
bahwa fenotipe merah memiliki jumlah 15 dalam observasi (O) dan memiliki
harapan (E) dengan jumlah 15, sehingga didapatkan deviasinya yaitu 0.
Selanjutnya untuk fenotipe putih, memiliki observasi yang berjumlah 5, dan
memiliki harapan dengan jumlah 5, sehingga deviasi jumlahnya 0. Total
keseluruhan adalah observasi berjumlah 20, harapan 20, dan deviasi total
berjumlah 0.
Untuk pengambilan 40x, didapatkan
bahwa fenotipe merah memiliki jumlah 32 dalam observasi dan memiliki harapan
dengan jumlah 30, sehingga hasil deviasinya adalah 2. Kemudian untuk fenotipe
biru, memiliki observasi yang berjumlah 8
dan memiliki harapan 10, sehingga hasil deviasinya adalah -2. Total
keseluruhan adalah observasi berjumlah 40, harapan berjumlah 40, dan total
deviasi berjumlah 0.
Untuk pengambilan 60x, didapatkan
bahwa fenotipe merah memiliki jumlah 45 dalam observasi dan memiliki harapan
dengan jumlah 45, sehingga hasil deviasinya 0. Selanjutnya untuk fenotipe biru,
memiliki observasi yang berjumlah 15 dan memiliki harapan 15, sehingga hasil
deviasinya 0. Total keseluruhannya adalah observasi berjumlah 60, total harapan
berjumlah 60, dan total deviasinya adalah 0.
Dari
pengamatan yang telah dilakukan apabila
nilai deviasi mendekati angka 1 maka data yang diharap makin bagus, dan
pernyataan fenotif tentang karakter yang diselidiki mendekati sempurna. Tapi
kalau perbangdingan o/e makin menjauhi angka 1, data itu buruk, dan pernyataan
fenotif tentang karakter yang diselidiki berarti dipengaruhi oleh faktor lain.
Untuk perbandingan genotipe dari percobaan yang telah dilakukan
didapatkan hasil,yaitu; 1:2:1 (1MM:2Mm:1mm). Kancing bergenotif MM dan Mm
berfenotif sama, yaitu merah, hal ini disebabkan karena karakter m untuk biru resesif tertutupi oleh karakter M untuk merah
dominan. Dengan demikian dari hasil percobaan yang telah dilakukan terbukti
bahwa untuk persilangan monohibrid diperoleh perbandingan fenotipe 3 merah : 1
putih.
V. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari
hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulakan bahwa :
1.
Gen memiliki bentuk alternative yang mengatur variasi
pada karakter keturunannya. Setiap individu membawa sepasang gen, baik dari
tetua jantan maupun betina. Sepasang gen yang memiliki dua alel yang berbeda,
alel dominan akan selalu nampak dari luarnya secara visual, sedangkan alel
resesif tidak nampak tetapi akan diwariskan pada gamet yang dibentuknya.
2.
GENOTIP adalah komposisi atau sifat yang tak tampak.
3.
FENOTIP adalah sifat yang tampak pada keturunan.
4.
Sifat dominan ditemukan pada fenotip Merah dan sifat
resesif ditemukan pada f2 heterozigot.
5.
Perbandingan pengambilan 20 X, 40 X, 60 X pada
praktikum sudah mendekati bunyi hukum Mendel, yaitu : 1:2:1.
6.
Deviasi menyatakan besarnya penyimpangan hasil
pengamatan terhadap besarnya harapan. Deviasi mendekati angka 1 maka data yang
diharap makin bagus, dan pernyataan fenotif tentang karakter yang diselidiki
mendekati sempurna.
DAFTAR
PUSTAKA
Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Suryati, Dotti. 2007. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab.
Agronomi Universitas Bengkulu.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Welsh, James R.. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta:
Erlangga.
Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung: Tarsito.
LAMPIRAN
Model Gen (Kancing
Genetika) 2 warna
Pasangan gen
Merah-merah
Pasangan gen
Merah-biru
Pasangan gen
Biru-biru
Pasangan gen
Merah-merah, Merah-Biru, dan Biru-biru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar